Langsung ke konten utama

Postingan

Materi Shorof Dasar bagian ke-4 (Bab Ruba'i Mujarrod)

Kemudian Ruba'i (Mujarrod) memiliki satu Bab # Dan Lampirkanlah olehmu dengan enam Bab dengan tanpa penambah (tanpa lebih) Yaitu Fau'ala, Fa'wala demikian juga Fai'ala # Fa'yala, Fa'laa demikian juga Fa'lala Pada 2 bait di atas dijelaskan bahwa Ruba'i Mujarrod hanya memiliki satu Bab saja, yaitu : فَعْلَلَ -  يُفَعْلِلُ ~ دَحْرَجَ - يُدَحْرِجُ Cirinya adalah bahwa Fi'il Madhinya terdiri dari empat huruf. Dan keempat hurufnya adalah huruf asli. Biasannya Fi'il ini adalah Fi'il Mutaadi (membutuhkan maf'ul/objek) tapi terkadang juga Lazim (tidak membutuhkan Maf'ul atau objek) Namun Ruba'i Mujarrod ini memiliki mulhaq (Lampiran) sebanyak 6 Bab, yaitu : فَوْعَلَ - يُفَوْعِلُ ~ حَوْقَلَ - يُحَوْقِلُ Cirinya adalah Fi'il Madhi nya terdiri dari 4 huruf, dengan ditambah huruf و antara huruf ف dan ع Fi'il. Adapun binanya adalah Bina Lazim. فَيْعَلَ - يُفَيْعِلُ ~ بَيْطَرَ - يُبَيْطِرُ Cirinya adala
Postingan terbaru

Materi Shorof Dasar bagian ke-3 (Bab Tsulatsy Mujarrod)

Akan berkata setelah Memuji (kepada Allah) Dzat yang memilli sifat keagungan  #  Seraya membaca Shalawat Kepada Nabi dan Keluarga (Yang berkata itu) seorang yang sangat butuh terhadap Rahmat Allah yang Maha Mulia  #  (yaitu) Ahmad bin Abidirrahiim. Adapun Fi'il yang jenis tiga huruf apabila dimujarrodkan  #  Bab-bab nya itu ada Enam, sebagai mana keterangan yang akan dijelaskan Maka Apabila 'Ain Fi'il difathahkan pada Fi'il Madhi maka kasrohkan  #  Dhomahkan atau Fathahkan 'Ain Fi'il itu Pada Fi'il Mudhori Atau Jika 'Ain Fi'il didhomahkan Pada Fi'il Madhi maka Dhomahkan pula pada Fi'il Mudhori  #  atau jika Ain Fiil itu Kasroh, maka fathah dan kasrohkan Pada Fi'il Mudhori Adapun Lam atau Ain Fi'il yang difathahkan keduanya  #  itu Harus berasal dari huruf Halaq kecuali jika Syadz yang jelas Penjelasan : Pada Bait 3-6 Diterangkan bahwa Fi'il Tsulatsy Mujarrod terbagi kedalam

Materi Shorof Dasar bagian ke-2 (Pembagian Bab dalam Tashrif)

Tabel Pembagian Bab Tashrif Setelah kita bahas Mengenai Pengertian Shorof, pada tulisan ini saya akan menyampaikan Materi mengenai Jumlah Bab yang terdapat dalam Shorof atau Tashrif. Secara keseluruhan Jumlah Bab Tashrif adalah 35 Bab yang terbagi kedalam dua bagian, yaitu Tsulatsi (Jumlah huruf pada Fi'il Madhi nya 3) dan Ruba'i (Jumlah huruf Pada Fi'il Madhi nya 4), sebagai berikut. 1. Tsulatsi , terbagi kepada dua bagian. a. Tsulatsi Mujarrod , yaitu Fi'il bangsa 3 huruf yang kosong dari huruf penambah (Murni jumlah hurufnya 3) terdiri dari 6 Bab . b. Tsulatsi Mazid , yaitu Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan huruf lain. Terbagi kepada 3 bagian. 1). Nau'ul Awwal , Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan 1 huruf penambah, maka total nya menjadi 4 huruf. Terdiri dari 3 Bab . 2). Nau'u ats-Tsani , Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan 2 huruf penambah, maka totalnya menjadi 5 huruf/Khumasy. Terdiri dari 5 Bab . 3). Nau'u ats-Tsalits

Materi Shorof Dasar bagian ke-1 (Pengertian Shorof secara Bahasa dan Istilah)

Ilustrasi Santri Sebagai seorang Muslim kita harus senantiasa mengisi hari-hari didalam kehidupan ini dengan melakukan hal-hal kebaikan. Termasuk diantaranya yaitu mendalami Pengetahuan Agama.  Kebanyakan literatur Agama Islam adalah berbahasa Arab, termasuk dua sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadits juga berbahasa Arab. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab adalah suatu keharusan bagi seseorang yang hendak mendalami Agama Islam. Salah satu Ilmu yang membahas tentang Gramatika Bahasa Arab adalah Ilmu Alat yang terdiri dari ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof. Para Ahli bahasa Arab telah sepakat bahwa dua Ilmu ini tidak bisa dipisahkan, bahkan mereka mengkiyaskan bahwa Nahwu dan Shorof ibarat Pasangan antara seorang suami dan Istri atau Seorang Bapak dan seorang Ibu. Nahwu adalah Bapaknya Ilmu sedangkan Shorof adalah Ibunya. Teman-teman Sekalian, Pada tulisan ini saya akan menyampaikan Dasar-dasar Shorof, yang Meliputi Pengertian Shorof secara Bahasa dan

Mengenal Tafsir Raudhatul 'Irfan karya K.H. Ahmad Sanusi

Halaman Depan Tafsir Raudhatul 'Irfan Nama Tafsir Raudhatul 'Irfan sudah tidak asing lagi di kalangan Ulama dan Pondok Pesantren di Jawa Barat. Kitab yang menjadi salah satu rujukan Tafsir di Tanah Pasundan ini dikarang oleh seorang Ulama besar sekaligus Pejuang asal Sukabumi yang bernama K.H. Ahmad Sanusi yang Lahir di Cantayan Sukabumi pada tahun 1889 M, wafat di sukabumi Pada 31 Juli 1950 M.  Santri Gunung Puyuh mengenalnya sebagai " Mama Sanusi ". Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengabadikan nama Kitab ini menjadi nama sebuah Masjid Raya Provinsi, yang terletak di ujung Lingkar Jalur Selatan, Kabupaten Sukabumi. Nama Lengkap Tafsir Ini ialah Raudhatul 'Irfan Fii Marifati al-Qur'an. Yang berarti Kebon rupa-rupa elmu pikeun nganyahokeun maksudna Al-Qur'an. (Taman macam-macam ilmu untuk mengetahui maksud Al-Qur'an.) Salah satu ciri khas Tafsir ini yaitu berbahasa Sunda yang tentunya memudahkan setiap pambaca untuk memahami isi Al-Qur'an.

Mengingat Kembali Nasihat Kyai Deddy Ismatullah Mahdi

Prof. Dr. K.H. Deddy Ismatullah Mahdi adalah seorang Ulama sekaligus Pakar Hukum Tata Negara yang namanya tak asing lagi di kalangan Ulama serta Akademisi Jawa Barat dan Nasional. Santri Gunung Puyuh mengenalnya sebagai "Pak Ajeungan Prof Deddy" . Lahir di Sukabumi 5 Juli 1957 dari Pasangan K.H. A.M. Badry Sanusi dan Ny. Hj. Hasanah. Beliau tumbuh dalam Lingkungan keluarga yang Religius-Nasionalis. Kakeknya, K.H. Ahmad Sanusi merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang pernah tergabung dalam BPUPKI tahun 1945. Ia menamatkan Pendidikan dasar hingga menengah atasnya di Sukabumi. Kemudian melanjutkan Pendidikan Tinggi di Beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Barat dan Jakarta. Dengan berkonsentrasi pada bidang Ilmu Hukum. Sejak kecil ia dibimbing dan dibina langsung oleh Ayahnya, sehingga ia memiliki wawasan yang sangat luas, baik wawasan Islam maupun pengetahuan umum. Hingga Tak ayal banyak institusi dan organisasi yang pernah dipimpinnya, dari mulai Keagamaan, sosial, hukum

Covid-19 adalah Sebuah Pendidikan

Akhir ini dunia sedang dilanda dengan datangnya sebuah wabah yang mengejutkan, yakni Pandemi covid-19. Banyak perbedaan di antara manusia dalam menyikapinya, ada yang berkata bahwa covid-19 adalah ujian dari Tuhan dan ada juga yang berpendapat bahwa covid-19 adalah sebuah azab. Terlepas dari itu semua adalah saat ini kita sedang benar-benar hidup dalam nuansa yang berbeda, serta tidak ada yang tahu pasti sampai kapan kita akan hidup dalam nuansa seperti ini. Terasa ataupun tidak, corona telah menuntut kita untuk hidup sedikit berbeda dari sebelumnya. Berbeda dalam bergaul, berbeda dalam berkomunikasi, berbeda dalam cara belajar, bahkan berbeda dalam semua aspek kehidupan. Namun, di balik itu semua tentu ada hal yang bisa kita perhatikan, bahwa corona telah mendidik kita untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri, serta terbiasa hidup dalam berbagai jenis keadaan. Terbiasa berkomunikasi, terbiasa belajar, bahkan terbiasa mencari penghidupan dalam kondisi yang berbeda. Serta t