Langsung ke konten utama

Mengingat Kembali Nasihat Kyai Deddy Ismatullah Mahdi

Prof. Dr. K.H. Deddy Ismatullah Mahdi adalah seorang Ulama sekaligus Pakar Hukum Tata Negara yang namanya tak asing lagi di kalangan Ulama serta Akademisi Jawa Barat dan Nasional. Santri Gunung Puyuh mengenalnya sebagai "Pak Ajeungan Prof Deddy". Lahir di Sukabumi 5 Juli 1957 dari Pasangan K.H. A.M. Badry Sanusi dan Ny. Hj. Hasanah.
Beliau tumbuh dalam Lingkungan keluarga yang Religius-Nasionalis. Kakeknya, K.H. Ahmad Sanusi merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang pernah tergabung dalam BPUPKI tahun 1945. Ia menamatkan Pendidikan dasar hingga menengah atasnya di Sukabumi. Kemudian melanjutkan Pendidikan Tinggi di Beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Barat dan Jakarta. Dengan berkonsentrasi pada bidang Ilmu Hukum.
Sejak kecil ia dibimbing dan dibina langsung oleh Ayahnya, sehingga ia memiliki wawasan yang sangat luas, baik wawasan Islam maupun pengetahuan umum. Hingga Tak ayal banyak institusi dan organisasi yang pernah dipimpinnya, dari mulai Keagamaan, sosial, hukum, hingga Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta.
Masjid Nurul Ulum Sukabumi

Selama memimpin Pondok Pesantren Syamsul 'Ulum (Tahun 2013 hingga 2018) banyak ilmu, hikmah dan nasihat yang beliau ajarkan pada santrinya, diantaranya :
1. "Santri Kudu jadi Paku anu bisa ngahijikeun Masyarakat" 
(Santri harus menjadi seperti paku, yang bisa menyatukan masyarakat)
*disampaikan pada pengajian hari Ahad awal tahun 2018
Zaman sekarang ini kerap terjadi perpecahan di masyarakat yang disebabkan oleh beberapa  perbedaan, baik perbedaan politik maupun perbedaan dalam pemahaman agama. Maka dalam hal ini santri harus berperan sebagai penengah dan pemersatu yang bisa mengubah perpecahan tersebut menjadi persatuan yang bisa menjadikan suatu kekuatan bagi umat islam dalam menghadapi segala dinamika zaman.
2. "Tugas Santri ketika turun di masyarakat, lain ngan saukur Sila di masjid, tapi kudu jadi penggerak dina sagala hal" 
(Tugas Santri ketika turun di Masyarakat bukan hanya sekedar diam/ngaji di Masjid, tapi juga harus menjadi penggerak dalam segala hal)
*disampaikan ketika mengumpulkan pengurus putra/mudabbir
Istilah yang mungkin sama dengan ucapan tersebut  adalah santri harus menjadi Agen Of Change ketika turun di masyarakat. Yakni menjadi pelopor, penggerak pada segala hal kebaikan.
3. "Lamun hiji jalma ditakdirkeun jadi pengajar, maka tugasna lain ngan saukur ngenalkeun elmu, tapi oge kudu ngenalkeun dzat nu jadi sumber elmu nyaeta Allah SWT."
(Jika seseorang ditakdirkan untuk menjadi seorang pengajar, maka tugas nya bukan hanya sekedar mengenalkan/mengajarkan ilmu, tapi juga harus mengenalkan Dzat yang menjadi sumber Ilmu, yaitu Allah SWT.)
*Disampaikan pada pengajian gabungan santri malam Senin
Beliau menambahkan jika pelajar hanya dibekali ilmu saja tanpa dibekali tauhid, maka yang terjadi adalah pelajar akan memiliki sifat sombong karena keilmuannya. Sedangkan jika pelajar dibekali ilmu dan ketauhidan, maka akan terlahir sifat rendah hati, karena menyadari bahwa ilmu yang dimiliki hanyalah titipan Allah semata.
Beliau wafat hari Jumat , 6 Juli 2018 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan seluruh santrinya.

Nasihat di atas adalah nasihat yang didengar langsung oleh penulis pada beberapa kesempatan. Masih banyak lagi nasihat yang mungkin "Pak Ajeungan Deddy"  sampaikan pada kesempatan lain.
Semoga semua ilmu dan nasihat yang telah beliau sampaikan menjadi amal kebaikan yang pahalanya terus mengalir, sehingga menjadi penerang di alam Barzakh nya. Aamiinn...

Penulis: Handi Nurohman

Kritik, Saran dan Koreksi
handinurohman1@gmail.com

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Shorof Dasar bagian ke-4 (Bab Ruba'i Mujarrod)

Kemudian Ruba'i (Mujarrod) memiliki satu Bab # Dan Lampirkanlah olehmu dengan enam Bab dengan tanpa penambah (tanpa lebih) Yaitu Fau'ala, Fa'wala demikian juga Fai'ala # Fa'yala, Fa'laa demikian juga Fa'lala Pada 2 bait di atas dijelaskan bahwa Ruba'i Mujarrod hanya memiliki satu Bab saja, yaitu : فَعْلَلَ -  يُفَعْلِلُ ~ دَحْرَجَ - يُدَحْرِجُ Cirinya adalah bahwa Fi'il Madhinya terdiri dari empat huruf. Dan keempat hurufnya adalah huruf asli. Biasannya Fi'il ini adalah Fi'il Mutaadi (membutuhkan maf'ul/objek) tapi terkadang juga Lazim (tidak membutuhkan Maf'ul atau objek) Namun Ruba'i Mujarrod ini memiliki mulhaq (Lampiran) sebanyak 6 Bab, yaitu : فَوْعَلَ - يُفَوْعِلُ ~ حَوْقَلَ - يُحَوْقِلُ Cirinya adalah Fi'il Madhi nya terdiri dari 4 huruf, dengan ditambah huruf و antara huruf ف dan ع Fi'il. Adapun binanya adalah Bina Lazim. فَيْعَلَ - يُفَيْعِلُ ~ بَيْطَرَ - يُبَيْطِرُ Cirinya adala

Materi Shorof Dasar bagian ke-2 (Pembagian Bab dalam Tashrif)

Tabel Pembagian Bab Tashrif Setelah kita bahas Mengenai Pengertian Shorof, pada tulisan ini saya akan menyampaikan Materi mengenai Jumlah Bab yang terdapat dalam Shorof atau Tashrif. Secara keseluruhan Jumlah Bab Tashrif adalah 35 Bab yang terbagi kedalam dua bagian, yaitu Tsulatsi (Jumlah huruf pada Fi'il Madhi nya 3) dan Ruba'i (Jumlah huruf Pada Fi'il Madhi nya 4), sebagai berikut. 1. Tsulatsi , terbagi kepada dua bagian. a. Tsulatsi Mujarrod , yaitu Fi'il bangsa 3 huruf yang kosong dari huruf penambah (Murni jumlah hurufnya 3) terdiri dari 6 Bab . b. Tsulatsi Mazid , yaitu Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan huruf lain. Terbagi kepada 3 bagian. 1). Nau'ul Awwal , Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan 1 huruf penambah, maka total nya menjadi 4 huruf. Terdiri dari 3 Bab . 2). Nau'u ats-Tsani , Fi'il bangsa 3 huruf yang ditambahkan 2 huruf penambah, maka totalnya menjadi 5 huruf/Khumasy. Terdiri dari 5 Bab . 3). Nau'u ats-Tsalits

Mengenal Tafsir Raudhatul 'Irfan karya K.H. Ahmad Sanusi

Halaman Depan Tafsir Raudhatul 'Irfan Nama Tafsir Raudhatul 'Irfan sudah tidak asing lagi di kalangan Ulama dan Pondok Pesantren di Jawa Barat. Kitab yang menjadi salah satu rujukan Tafsir di Tanah Pasundan ini dikarang oleh seorang Ulama besar sekaligus Pejuang asal Sukabumi yang bernama K.H. Ahmad Sanusi yang Lahir di Cantayan Sukabumi pada tahun 1889 M, wafat di sukabumi Pada 31 Juli 1950 M.  Santri Gunung Puyuh mengenalnya sebagai " Mama Sanusi ". Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengabadikan nama Kitab ini menjadi nama sebuah Masjid Raya Provinsi, yang terletak di ujung Lingkar Jalur Selatan, Kabupaten Sukabumi. Nama Lengkap Tafsir Ini ialah Raudhatul 'Irfan Fii Marifati al-Qur'an. Yang berarti Kebon rupa-rupa elmu pikeun nganyahokeun maksudna Al-Qur'an. (Taman macam-macam ilmu untuk mengetahui maksud Al-Qur'an.) Salah satu ciri khas Tafsir ini yaitu berbahasa Sunda yang tentunya memudahkan setiap pambaca untuk memahami isi Al-Qur'an.